Gambar plat atau papan nama Sumber Hidangan
Plat Nama Sumber Hidangan

Sejak pindah ke Bandung dua tahun lalu, aku selalu ingin datang ke Sumber Hidangan, toko roti legendaris yang ada di kota Bandung. Akhirnya keinginanku tercapai ketika aku mengikuti walking tour bersama Ceritabandung yang berjudul Bandunglicious.

Gambar plat atau papan nama Sumber Hidangan
Plat Nama Sumber Hidangan

Adalah keputusan yang sangat tepat untuk bergabung dan ikut walking tour bersama Ceritabandung pada hari Sabtu, tanggal 10 bulan Juni tahun 2023 . Walking tour yang diberi judul Bandunglicious ini mengunjungi kuliner-kuliner legendaris yang ada di kota Bandung, salah satunya tentu saja Sumber Hidangan. Sumber Hidangan menjadi salah satu target yang ingin sekali aku kunjungi begitu aku pindah ke kota Bandung. Sayangnya, beberapa kali ke Braga, aku tidak pernah menemukan lokasi toko legendaris ini. Salah satu kuliner legendaris Bandung ini seperti selalu tutup ketika aku ke sana.

Kami berjalan menyusuri gang hingga kemudian tembus ke Jalan Braga. Keluar dari gang tersebut kami belok kiri untuk masuk ke dalam toko Sumber Hidangan. Suasana jadul masih sangat kental di dalam Toko Sumber Hidangan, salah satu toko roti tertua di Bandung. Bahkan rasanya aku dibawa masuk langsung ke dapur tempat pembuatan roti. Namun berkat langit-langit yang tinggi dan jendela yang lebar, hawa pengap tidak terasa di dalam toko.

Baca cerita lengkap Bandunglicious di sini
Meja dan kursi di bagian dalam Sumber Hidangan
Interior di Sumber Hidangan
Suasana di dalam Sumber Hidangan
Tampak Suasana di Sumber Hidangan yang masih dipertahankan keasliannya

Sumber Hidangan bukanlah nama asli dari toko ini. Awal mula berdiri, toko roti ini bernama Het Snoephuis pada tahun 1929. Menggunakan Google  Translate, Het Snoephuis berarti Rumah Permen. Memang pada awal berdirinya, Het Snoephuis ini banyak menjual permen, manisan, atau camilan manis khas asal Belanda.

Foto-foto Kejayaan Sumber Hidangan
Foto-foto zaman dulu

Pendirinya seorang berketurunan Tionghoa yang memang suka membuat makanan khas Belanda seperti roti dan camilan. Pada awal berdiri, beliau hanya dibantu oleh beberapa orang karyawan saja, tetapi karena ramai dan disukai oleh orang-orang Belanda masa itu, ia kemudian berani membuka toko yang lebih besar sehingga membuka lapangan pekerjaan untuk menjadi karyawan di toko.

Dari sejak tahun 1929, menu-menu yang disajikan masih menggunakan resep yang sama. Tak hanya itu, nama menu yang dijual juga masih menggunakan Bahasa Belanda seperti sebelum-sebelumnya. “Kalau ditanya menu apa yang paling favorit di sini, saya bingung juga karena semua menu sangat direkomendasikan.” Kata Ci Fey. “Tapi ada dua menu yang paling banyak dicari yaitu Bokkepoot yang berbentuk seperti kaki kambing dan Bitterballen yang sangat khas dari toko Sumber Hidangan. Kedua menu ini dijual pergram dan selalu habis setiap kali disajikan. Yang tidak kalah juga adalah bolu bakarnya.”

Sebetulnya kita tidak asing dengan menu makanan yang menggunakan bahasa Belanda. Beberapa makanan yang cukup terkenal di Indonesia menggunakan nama serapan dari bahasa Belanda. Nastar adalah contoh yang paling mudah. Berasal dari kata Ananastaart yang berarti kue nanas. Bahkan kalau tidak salah, gado-gado pun menggunakan serapan Bahasa Belanda.

Bolu Panggang
Bolu Panggang
Menu Berbahasa Belanda
Menu Makanan dalam Bahasa Belanda
Mesin Kasir Zaman Dulu
Mesin Kasir Zaman Dulu

Aroma roti yang sedang dipanggang sangat harum menguar dan mengisi seluruh ruangan ini. Ci Fey menunjukkan foto-foto toko pada zaman dulu. Beberapa penghargaan sempat diraih oleh toko ini pada era Belanda dulu. “Selain menunya yang masih menggunakan nama lama dan resep yang tidak berubah, semua furnitur di sini juga belum berganti.” tambah Ci Fey.

“Kita istirahat di sini dulu, ya, sambil mencicipi makanan di sini. Kalian juga harus mencoba es krim di sini karena tekstur dan rasanya berbeda dari PT Rasa.” Ci Fey mempersilakan kami untuk beristirahat lagi sekaligus mencoba menu-menu di Sumber Hidangan. Seperti yang dibilang oleh Ci Fey, Bitterballen dan Bokkepoot sudah habis. Aku memesan Bolu Bakar dan es krim Snow Whitenya. Menurut karyawan Sumber Hidangan, ada satu menu es krim yang paling enak, sayangnya (aku lupa menu yang mana) dalam menu tersebut tertulis berbahan rum, sehingga aku tidak memesannya untuk berjaga-jaga.

Bapak karyawan toko membuat roti
Pengunjung masih bisa melihat pembuatan roti
Roti krentenbrood
Roti Krentenbrood
Papan Nama Toko
Papan Nama Toko

Pada masa Belanda, banyak toko-toko di Braga yang menggunakan sistem kerja Siesta. Dengan sistem kerja Siesta, Sumber Hidangan memiliki jam kerja yang unik, buka di pagi hari lalu tutup di siang hari untuk istirahat kemudian buka kembali pada sore hingga malam hari. Sistem Siesta ini juga membuat Sumber Hidangan tutup pada hari Minggu. Menurut artikel dari Historia, kebiasaan Siesta ini memiliki manfaat yang cukup baik bagi kesehatan. Yang aku tahu, toko roti Djoen di Jalan Malioboro, Yogyakarta, juga menerapkan hal yang sama hingga saat ini. Tampaknya, berkat sistem Siesta ini, tidak heran jika masyarakat Indonesia juga sudah terbiasa dengan tidur siang. Termasuk aku tentunya yang suka banget tidur siang.

Aku datang untuk kali kedua hanya demi mencoba Bitterballen yang legendaris itu. Tiga hari setelah tiba dari Banyuwangi, aku datang lagi ke sini. Kali ini aku datang lebih awal, sekitar pukul 09.00 WIB. Toko masih tutup, orang-orang yang semalam menggelar lapak di depan toko baru saja berkemas. Kalau kita buka di Google, jam buka toko adalah mulai pukul 09.00 WIB. Sepertinya mereka sedang bersiap-siap.

Bitterballen salah satu menu di Sumber Hidangan
Bitterballen
Es krim snow white dengan kismis
Es Krim Snow White yang lembut dengan kismis

Begitu toko dibuka, aku masuk dan langsung bertanya apakah Bitterballen-nya ada. Pramusaji menunjuk ke loyang dengan kue berbentuk bola-bola, mirip onde-onde yang berbentuk kecil-kecil. Aku beli dengan takaran minimal saja ditambah es krim dan langsung duduk di salah satu kursi di ruangan sebelah. Salah satu karyawan membawa sebuah bungkus kertas berisikan Bitterballen. Kue warisan Belanda ini terbuat dari kentang. Teksturnya lembut dan empuk, digoreng dengan sangat presisi sehingga bagian luarnya tidak gosong dan tetap krispi. Sambil menikmati suasana seperti di tahun 1920-an, tanpa terasa sajian sudah masuk semua ke mulut. Sangat menyenangkan.

By Gallant Tsany Abdillah

Hai, nama saya Gallant.

Leave a Reply