Pantai Teluk Ijo Banyuwangi Bagus Banget! Gagal mendapatkan sunrise dari Pantai Boom yang nggak jauh dari hotel karena bangun kesiangan memang sudah aku duga sebelumnya meskipun aku sudah bangun pukul 05.00 WIB. Akhirnya aku memutuskan untuk sepagi mungkin ke Pantai Teluk Ijo.
Minggu pagi waktu itu Banyuwangi sedang agak mendung. Setelah menuntaskan sarapan pagi di hotel, aku langsung memanaskan mesin motor sebentar sebelum kemudian menarik tuas gas menuju Pantai Teluk Ijo. Pantai Teluk Ijo Banyuwangi berada cukup jauh dari pusat kota. Lokasinya berada di dalam Taman Nasional Meru Betiri, berjarak lebih dari enam puluh kilometer dari pusat kota Banyuwangi atau membutuhkan kurang lebih tiga jam perjalanan. Begitulah yang aku baca dari berbagai pengalaman orang di blog.
Berbekal informasi itu, aku memutuskan sepagi mungkin untuk pergi. Alasannya karena aku masih buta arah menuju ke sana sehingga pasti akan membutuhkan waktu lebih lama dari orang yang sudah pernah pergi ke sana.
Baru saja meninggalkan gapura perbatasan kota Banyuwangi, hujan rintik-rintik mulai turun. Aku sempat menepikan motor karena nggak bawa jas hujan, sebelum memutuskan kembali melanjutkan perjalanan karena sepertinya tidak akan terlalu deras. Tapi, hujan pagi ini menjadi peringatan untuk segera membeli jas hujan karena selalu ada kemungkinan hujan lagi. Sempat ada tragedi sedikit, tapi tidak masalah dan aku tetap melanjutkan perjalanan.
Butuh 30 menit kira-kira dari pusat kota Banyuwangi untuk tiba di Rogojampi, salah satu kecamatan yang cukup ramai di Banyuwangi. Di Rogojampi ini aku melihat berdiri gereja yang cukup besar bersebelahan dengan masjid yang besar juga. Bahkan ada kelenteng yang cukup besar juga. Sepertinya Rogojampi ini dulu bisa dibilang sebagai salah satu pusat keramaian. Di Rogojampi, aku mampir ke Indomaret untuk membeli jas hujan dan beberapa perbekalan tambahan seperti roti dan air mineral.
Baca juga cerita sebelumnya: Jalan-Jalan ke Taman Nasional Baluran Situbondo
Dari Rogojampi, aku memutuskan untuk menggunakan TWS yang sudah aku beli sebelumnya. Jadi aku tak perlu berhenti-berhenti untuk melihat Google Maps. Tapi ini jangan ditiru ya, Teman-teman. Menggunakan earphone saat berkendara motor itu berbahaya karena tidak bisa mendengarkan klakson dari belakang.
Masih dengan kecepatan yang sedang-sedang saja, aku menelusuri jalanan panjang menuju ke Pantai Teluk Ijo. Pagi itu tidak terlalu ramai tapi memang terlihat beberapa mobil (dengan plat luar Banyuwangi) yang aku duga juga ke arah yang sama. Mungkin mereka ingin ke Pantai Pulau Merah.
Kadang aku juga berpapasan dengan sebuah mobil bak terbuka yang ditumpangi beberapa orang. Ternyata mereka adalah rombongan yang akan menuju ke sebuah acara istigasah. Hari Minggu beberapa desa menggelar acara istigasah. Suasana pagi itu rasanya asri sekali. Tenang dan damai. Awan mendung sedikit menggelayut di antara langit pagi perlahan menghilang. Langit berwarna biru dan cerah. Semesta mendukung.
Dari persimpangan Pantai Pulau Merah, aku mulai masuk ke kawasan Perhutani. Kanan kiri pohon-pohon karet sepanjang jalan. Kadang aspal, kadang jalan berbatu. Sesekali aku melewati orang-orang yang menjual durian-durian lokal berukuran kecil. Ingin banget berhenti dan menikmati durian-durian lokal itu, tapi karena uang cash yang ada di dompet terbatas, akhirnya aku skip saja dan melanjutkan perjalanan ke Teluk Ijo.
Tidak jauh dari pintu gerbang pos retribusi, aku sudah melihat laut dengan warna biru dan suara gelombang menderu. Di pos retribusi, aku tinggal membayar tiket yang cukup murah, kurang dari Rp20.000, dan melanjutkan perjalanan menuju ke tempat parkir.
Pantai Teluk Ijo sendiri masih cukup tersembunyi, tidak seperti pantai yang langsung berada dekat dengan tempat parkir. Ada dua cara untuk menuju ke Pantai Teluk Ijo setelah melalui pos retribusi. Pertama, bisa menggunakan perahu yang disewa dari nelayan. Untuk harga sewa dihitung perperahu, sehingga akan murah kalau patungan dengan teman atau mungkin pengunjung yang lain. Cara yang kedua, bisa berjalan kaki dari tempat parkir. Aku tentu memilih cara yang kedua.
Dari tempat parkir aku berjalan sedikit ke atas sebelum mulai masuk ke dalam dan menyusuri anak tangga. Mulai dari sini, sinyal ponsel sudah kadang muncul kadang hilang. Tapi tenang karena kita cukup berjalan kaki menyusuri anak tangga ini saja. Sayangnya jumlah anak tangganya banyak banget. Aku sampai harus melepas jaket agar tidak kepanasan meskipun anak tangga ini dikelilingi oleh pepohonan yang sangat rindang. Kadang aku juga berhenti untuk berfoto sembari beristirahat. Oh iya, jangan lupa bawa cemilan dan air minum karena sepanjang jalan hingga di pantai nanti tidak akan ada yang berjualan.
Tiba di ujung anak tangga, aku sudah menjejak pasir pantai. Tapi ini bukan pantai yang aku tuju. Bersama sepasang kekasih, aku hampir nyasar dan malah mau masuk ke dalam hutan karena tidak ada petunjuk lagi. Sadar kalau kami nyasar, akhirnya kami kembali ke pantai dan memutuskan untuk menyusuri pantai saja. Ternyata benar, untuk menuju ke Pantai Teluk Ijo, tinggal menyusuri pasir pantai saja hingga bertemu batu besar yang mirip seperti pintu gerbang. Di balik batu besar itulah Pantai Teluk Ijo berada.
Pasir putih menghampar begitu luas, cukup menyilaukan di bawah matahari yang sedang terik-teriknya. Kontras sekali dengan air laut berwarna hijau kebiruan atau biru kehijauan yang begitu menyejukkan mata ditambah dengan suara deburan ombak yang bersahutan. Kombinasi yang kontras bak warna lukisan yang bertabrakan tapi bisa tercipta suasana yang sangat menenangkan dan menyenangkan hati. Kira-kira seperti itulah gambaran keindahan Pantai Teluk Ijo Banyuwangi.
Aku berjalan menyusuri pantai melewati beberapa pengunjung lain yang juga menikmati suasana pantai. Banyak yang datang berpasangan, ada juga yang rombongan kecil 4-5 orang, tapi memang tidak terlalu ramai. Masih banyak tempat-tempat kosong. Aku menuju ke salah satu bawah pohon yang cukup rindang untuk berteduh dan menaruh barang bawaanku.
Aku mengeluarkan kamera, kupasang tripod, mulai merekam keindahan pantai sambil duduk bengong di bawah pohon. Beberapa monyet yang berkeliaran membuatku harus tetap waspada agar tidak mengambil makanan. Mata mulai berat. Ingin rasanya menggelar tikar lalu tidur siang di bawah bayangan pohon dengan angin yang berhembus. Suara ombak laut juga sangat cocok menjadi white noise yang pastinya akan membuat tidur semakin nyenyak. Tapi sayang, aku terpaksa harus mengurungkan niat karena tak membawa tikar. Bahkan jaketku harus kukorbankan sebagai alas duduk.
Mengurungkan niat untuk tidur siang, deburan ombak beralih seperti memanggilku untuk ganti baju dan mandi. Sayang banget kan, sudah jauh-jauh ke Pantai Teluk Ijo Banyuwangi tapi nggak membasahi badan dengan air lautnya yang bersih. Aku mengangkat sedikit bagian bawah celanaku dan berjalan menuju ke laut untuk merasakan ombak yang datang. Airnya dingin. Lagi-lagi sangat kontras dengan teriknya matahari. Ah, aku menyesal tidak membawa baju ganti.
Di Pantai Teluk Ijo memang tidak banyak fasilitas. Hanya ada satu gazebo saja. Aku lupa-lupa ingat apakah ada toilet, tapi seingatku tidak ada. Selain itu, sinyal telepon juga hanya satu bar dan lebih sering hilang. Tapi tak mengapa, sekadar bengong saja menatap laut di sini sudah lebih dari cukup. Siapkan cemilan dan minuman yang paling penting. Tidak lupa, bawa kamera dan abadikan setiap momen selama di sini, karena tidak ada lagi yang bisa diambil dari sini selain gambar dan cerita untuk disampaikan.
Waktu sudah pukul 13.00. Aku berkemas dan kembali. Rasanya masih kurang lama, tapi aku merasa kedatanganku hari ini sudah cukup. Suatu saat aku harap bisa kembali lagi dengan persiapan yang lebih lengkap. Sampai jumpa, Teluk Ijo.
[…] adalah hari ketiga aku di Banyuwangi. Kemarin aku menuju ke arah barat daya, tepatnya ke Pantai Teluk Ijo. Kali ini tujuanku adalah pergi ke utara dan mendaki gunung. Gunung yang akan aku daki di hari […]