Tiba di Stasiun Banyuwangi Kota, aku langsung keluar menuju tempat penyewaan motor. Lokasinya persis di depan stasiun. Selesai menyelesaikan administrasi, aku langsung mengisi bensin dan menuju ke arah alun-alun. Persis di dekat alun-alun, aku menghentikan motor, masuk ke lobi dan menuju resepsionis. Hotel Blambangan adalah tempat aku menginap selama tiga malam di Banyuwangi.
Hotel Blambangan adalah salah satu hotel tua di kota Banyuwangi. Ia masih eksis di tengah beberapa hotel baru yang lebih mewah. Sebut saja hotel Aston, eL Hotel, hingga Dialoog di dekat Pelabuhan Ketapang.
Lokasi Strategis di Tengah Kota
Aku sendiri memilih hotel ini karena lokasinya yang strategis sekali, yakni tepat di jantung kota alias samping alun-alun persis. Pertimbangan lain, karena hotel Blambangan sudah cukup tua dan masih eksis, maka seharusnya fasilitas dan pelayanannya tentu sudah nggak perlu diragukan lagi. Selain itu, tentu saja harga adalah salah satu faktor utama aku memilih hotel ini.
Sebelum aku menjatuhkan pilihan di hotel Blambangan, tentu saja aku melakukan riset terlebih dahulu dan membandingkan dengan beberapa hotel melalui aplikasi burung biru yang kurus. Aku juga membaca berbagai ulasan di Google sebagai bahan pertimbangan. Hingga kemudian aku menghubungi pihak resepsionis melalui aplikasi chat Whatsapp.
Betul, aku lebih memilih memesan layanan kamar di sini melalui aplikasi Whatsapp, alih-alih menggunakan aplikasi. Menurut kabar dari beberapa teman blogger, memesan langsung bisa mendapatkan harga yang relatif lebih murah. Tentu saja aku ingin membuktikan hal tersebut yang ternyata memang terbukti. Aku bisa mendapatkan selisih harga kurang lebih lima puluh ribu rupiah lebih murah dibanding memesan melalui aplikasi. Tapi disclaimer dulu, cara ini belum tentu berguna ya. Menurut teman yang pernah kerja di hotel, kadang harga di aplikasi bisa lebih murah dibanding memesan langsung. Bisa dibilang, aku beruntung kali ini.
Pemesanan bisa cek di instagram resmi milik hotel
Lokasinya yang sangat strategis tentu saja membuatku sangat berat untuk nggak memilih hotel ini. Lokasinya tepat di tengah kota, sehingga aku akan memiliki jarak yang relatif sama untuk ke tujuan-tujuan yang aku mau. Sebagai gambaran, jika aku menginap di hotel Aston yang ada di perbatasan barat kota Banyuwangi, aku akan menempuh jarak yang lebih jauh jika akan ke Ijen atau Baluran. Sebaliknya, jika aku menginap di Dialoog, maka aku harus menempuh jarak lebih jauh saat akan ke Pantai Teluk Ijo.
Hotel Blambangan dengan Suasana Klasik
Suasana klasik dan sederhana langsung terasa begitu aku memasuki lobi hotel dan menuju ke resepsionisnya untuk melakukan proses check in. Lobi hotelnya tidak luas dan langsung menjadi satu dengan ruang makan. Perhatianku langsung tertuju pada meja-meja kayu berukuran kecil yang dikelilingi oleh kursi-kursi. Kursi-kursinya pun menggunakan kursi rotan, pendek, yang kalau duduk akan terasa seperti setengah jongkok.
Serasa berada di rumah-rumah masa lampau yang sederhana. Bahkan mungkin teman-teman masih memiliki saudara yang menggunakan kursi dan meja seperti ini. Meski begitu, tetap ada juga meja dan kursi yang semi modern.
Hanya ada dua lantai saja di hotel Blambangan. Tidak banyak kamar yang ada di hotel ini sepertinya. Tampaknya hotel ini memang masih mempertahankan suasana hotel yang sudah tua dan legendaris. Terdapat kolam renang yang berukuran tidak terlalu besar di antara ruang utama dan kamar hotel. Penghuni hotel bebas untuk berenang. Aku langsung diantar oleh salah satu petugas begitu proses check in selesai.
Kamar Bersih dan Nyaman
Sebuah lukisan tari gandrung berukuran besar terpampang di dinding lorong. Aku berjalan ke lorong untuk menuju ke kamarku. Di lorong-lorong tersebut, terdapat beberapa lukisan-lukisan lain yang tertempel. Sejujurnya untuk sebuah hotel yang tidak terlalu besar, lorong hotel ini cukup terasa gelap meskipun lampu tetap menyala dan ada di siang hari. Aku merasa hotel yang cukup kecil ini terbuka alias seharusnya dapat memanfaatkan sinar matahari langsung. Namun ternyata, lorongnya masih harus membutuhkan lampu.
Kesan bersih dan nyaman langsung terasa saat aku membuka pintu kamar. Seperti kamar hotel pada umumnya, kamar mandi dan lemari langsung menyambutku. Kamar mandinya tidak besar juga. Di samping kiri pintu kamar mandi langsung ada wastafel dan kaca. Lalu ada toilet duduk dan selanjutnya pintu kaca yang memisahkan antara ruang untuk mandi (menggunakan shower) dan toilet.
Aku langsung membongkar tas, mengeluarkan isinya, dan menyimpannya di lemari besar dan rak. Lemari besar dan rak hotel itu langsung penuh. Rasanya barang bawaanku terlalu banyak. Aku bisa merasakan tas carrierku bernapas lega begitu aku sudah mengeluarkan semua isinya.
Kasur dengan queen-size terasa begitu empuk dengan dua buah bantalnya. Di kanan dan kirinya terdapat meja kecil dan lampu. Tersedia colokan listrik dan televisi. Di ujung kamar, terdapat sebuah meja di atasnya terdapat dua botol lengkap dengan dua gelas dan kursi kecil. Selimut berwarna merah terlipat rapi di atas kursi. Jendela kamar yang lebar menampilkan pemandangan sungai kecil di luar sana. Rasa lelah setelah perjalanan hampir 24 jam, kamar yang nyaman, kasur empuk, dan pendingin ruangan yang menyala hampir saja melenakanku untuk tidur. Aku bergegas untuk mandi dan menuju ke Taman Nasional Baluran.
Meski menu sarapan yang sangat terbatas dan cenderung itu-itu saja, tetapi sungguhlah aku sangat kangen untuk kembali menikmati kenyamanan Hotel Blambangan. Satu poin plus lagi, di sini ada beberapa kucing lucu yang agak galak tapi sungguh membuat gemas. Tenang saja, kucing di sini sudah disteril dan cenderung cuek dengan pengunjung. Tiga malam yang sangat nyaman.